Minggu, 28 Juni 2015

Tanaman Jeruk Nipis


Tanaman Jeruk Nipis
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle.).
    Sistematika Tanaman Jeruk Nipis Dalam Taksonomi
Divisio             : Plantae
Sub Divisio     : Spermatophyta
Kelas               : Dicotyledarae
Ordo                : Rutaceae
Famili              : Rutaceae
Genus              : Citrus
Spesies            : Citrus aurantifolia Swingle. (Arisandi dan andriani, 2009) 
     Nama Daerah
      Lemau nipis (melayu); jeruk nipis (jawa); jeruk alit, kaputungan, lemo (Bali); dongaceta (Bima); mudutelong (Flores); mudah enelo (Solor); delomakii (Pulau roti); jeruk (Pulau sewu); lemo ape, lemo kapasa (Bugis); uni sepe (Ambon) (Hariana, 2004).


   Nama asing
      Acid lime, sour lime (Inggris); limmece, limah (Arab); zhiqiao (Cina) (Hariana, 2004).
   Morfologi Tanaman
      Jeruk nipis merupakan salah satu jenis citrus Geruk (Haryanto, 2010). Jeruk nipis termasuk jenis tanaman perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Batang pohonnya berkayu ulet dan keras, sedang permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Tanaman jeruk nipis pada umur 2,5 tahun sudah mulai berbuah. Bunganya berukuran kecil berwarna putih dan buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong berwarna (kulit luar) hijau atau kekuningan. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Daun jeruk nipis berbentuk bulat telur, memiliki tangkai daun bersayap dan ujung daun agak tumpul. Warna daun pada permukaan bawah umumnya hijau muda, sedangkan bagian permukaan atas berwarna hijau mengkilap. Bila daun digosok-gosok dengan tangan, akan menebar aroma khas yang harum. Helaian daun bulat telur elips / bulat telur memanjang, dengan pangkal bulat dan ujung tumpul, melekuk kedalam sedikit, tepi beringgit. Tanaman jeruk nipis umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung (Arisandi dan andriani, 2009). 
    Kandungan Kimia
      Daun jeruk nipis mengandung minyak atsiri (sitral, limonene, lemon kamfer, felladrena, garanil asetat, kadinena, linalin asetat), asam sitrat 7-7,6%, damar, mineral, vitamin B1, dan vitamin C (Arisandi dan andriani, 2009).
     Khasiat dan penggunaan
            Daun dan bunga jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, antijerawat, antiketombe dan lain-lain. Buah jeruk nipis dapat digunakan untuk menurunkan panas, obat batuk, peluruh dahak, menghilangkan ketombe, dan obat jerawat

Senin, 15 Juni 2015

Tanaman Herbal Lidah Buaya



 Morfologi Lidah Buaya
Lidah buaya merupakan tumbuhan liar di tempat yang berhawa panas. Akan tetapi, dapat juga ditanam di dalam pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Lidah buaya memiliki ciri-ciri, yaitu daun agak runcing berbentuk taji, tebal, getas dan tepinya bergerigi atau berduri kecil. Permukaan daun berbintik-bintik dan memiliki panjang 15-36 cm dan lebar 2-6 cm. Bunga lidah buaya bertangkai dengan panjang 60-90 cm dan berwarna kuning kemerahan (jingga). Lidah buaya banyak ditemukan di Afrika bagian Utara dan Hindia Barat. Bagian tanaman yang dapat digunakan yaitu batang, daun, bunga, dan akar.
Tanaman lidah buaya berbatang pendek sehingga tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian batang terbenam dalam tanah. Dari batang ini, akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya menjadi anakan. Lidah buaya yang bertangkai panjang juga muncul dari batang melalui celah-celah atau ketiak daun. Untuk memperbanyaknya, batang lidah buaya dapat disetek. Peremajaan tanaman ini dapat dilakukan dengan cara memangkas habis daun dan batangnya. Kemudian, dari sisa tunggul batang ini akan muncul tunas-tunas baru atau anakan.
Daun tanaman lidah buaya berbentuk pita dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sukulen (banyak mengandung air), dan banyak mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat. Tanaman lidah buaya dapat bertahan hidup pada kondisi kekeringan karena memiliki daun yang banyak menyimpan cadangan air. Cadangan ini digunakan ketika kekurangan air. Bentuk daun lidah buaya menyerupai pedang. Ujung meruncing, permukaan daun dilapisi lilin, dengan duri lemas di pinggirnya. Panjang daun mencapai 50-75 cm dan berat 0,5-1 kg. Posisi daun melingkar rapat di sekeliling batang secara berselang-seling.
Lidah buaya memiliki bunga berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan, dan panjangnya bisa mencapai 1 meter. Biasanya bunga akan muncul bila ditanam di pegunungan.
Tanaman lidah buaya memiliki akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah. Panjang akar berkisar antara 50-100 cm. Untuk pertumbuhannya, tanaman menghendaki tanah yang subur dan gembur di bagian atasnya (Rahayu, 2011:4).
 Kandungan Kimia
Lidah buaya mengandung saponin, salisilat, asam amino, mineral, vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E, dan asam folat.
Kegunaan Lidah Buaya
Kegunaan dari tanaman lidah buaya adalah menyuburkan rambut, luka bakar, atau tersiram air panas, bisul, jerawat, noda-noda hitam, untuk perawatan kulit (scrub, tabir surya, dan anti gigitan serangga), bahan kosmetik dan pelembab (pH yang seimbang dengan kulit). Penyakit lainnya dapat menurunkan kolesterol, mengobati serangan jantung, mengobati wasir, cacingan, susah buang air kecil, sembelit, batuk yang membandel, diabetes militus, radang tenggorokan, pencegah infeksi lambung dan usus dua belas jari (Rahayu, 2011:10). 
Simplisia dan Ekstrak
 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1985).
Adapun penggolongan simplisia menurut Farmakope Indonesia edisi III dibedakan menjadi 3 yaitu :
a.  Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
b.  Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni.
c.  Simplisia Mineral
Simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik telah diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni.
Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari  simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Depkes RI, 1979:9).
Menurut voight (1995) ekstrak dikelompokkan atas dasar sifatnya menjadi:
a.       Ekstrak encer (Extractum tenue), memiliki konsentrasi semacam madu dan dapat dituang.
b.      Ekstrak kering (Extractum siccum), memiliki konsentrasi kering dan mudah digosongkan yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak kurang dari 5%.
c.       Ekstrak kental (Extractum spissum), sediaan ini kuat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang, kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
d.      Ekstrak cair (Extractum fluidum), diartikan sebagai ekstrak yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (kadang-kadang juga satu bagian) ekstrak cair.

Maserasi
Maserasi merupakan proses ekstraksi (“proses M”). Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya “merendam”. Merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut.

Tanaman Herbal Sereh


Ciri Morfologi
Tanaman sereh berupa semak, memiliki akar serabut berwarna kuning, hidup menahun dan tingginya sekitar 1 m. Batang tidak berkayu, beruas-ruas pendek, berwarna putih kotor. Daun tunggal berbentuk lanset, dan bertulang sejajar. Pelepah bagian pangkal memeluk batang dan kasar. Daun berujung runcing dan bertepi rata. Panjang daun berkisar antara 25-27 cm dan lebarnya sekitar 1,5 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk malai, karangan bunga berselubung, terdapat pada satu tangkai. Benang sari berjumlah dua, dan terpisah. Kepala putik muncul dari arah samping, berwarna kuning keputihan. Buah dalam berbentuk malai bulat panjang, berwarna putih kekuningan. Biji kecil berbentuk bulat panjang, berwarna coklat.

   Kandungan Kimia
Kandungan dari sereh terutama minyak atsiri dengan komponen, sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitonelil asetat 2-4%, sitral, khavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen. Minyak sereh mengandung tiga komponen utama yaitu sitronelal, sitronelol, dan geraniol (Sastrohamidjojo, 2004: 67).
   Khasiat Sereh
Sereh bermanfaat sebagai antiradang, menghilangkan rasa sakit, dan melancarkan sirkulasi darah. Kegunaan lain untuk sakit kepala, sakit otot, ngilu sendi, batuk, nyeri lambung, diare, menstruasi tidak teratur, bengkak sehabis melahirkan, dan memar (Hariana, 2006: 72).
    Pengertian Metode Destilasi
Destilasi (penyulingan) adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan , atau dengan cara mengalirkan uap jenuh (saturated or superheated) ke dalam ketel penyulingan (Taufiq, 2008: 26).
Destilasi dilakukan untuk memisahkan bahan kimia berdasarkan kecepatan kemudahan menguap (volatilitas bahan). Cara ini biasanya digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih rendah pada tekanan udara normal. Adapun keuntungan menggunakan metode destilasi air  yaitu sangat mudah dilakukan, alatnya sederhana, suhu konstans dapat dipertahankan, cara ini hanya cocok dilakukan terhadap bahan  yang  jumlahnya tidak terlalu banyak. Namun  penyulingan dengan cara destilasi air mempunyai kerugian yaitu, kualitas minyak atsiri yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyaknya sedikit, waktu penyulingannya lama.

EMULSI

Emulsi

  Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Anif, 2000:132). Butir-butir ini akan bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Flavor dan pengawet yang berada dalam fase air yang mungkin larut dalam minyak harus dalam kadar yang cukup (Anief, 2005:156).
Tipe emulsi berdasarkan fase terdispersinya emulsi dibagi menjadi dua tipe  yaitu tipe emulsi M/A atau O/W (minyak dalam air) jika tetesan minyak yang terdispersi dalam fase air. Sedangkan tipe emulsi A/M atau W/O (air dalam minyak) disebut jika butiran air yang terdispersi dalam fase minyak (Anief, 2000:132).
  Tujuan emulsi
Proses emulsifikasi untuk membuat sediaan yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak biasa bercampur. Emulsi yang diberikan secara oral untuk diminum dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari butiran minyak dapat mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih mudah diabsorpsi (Ansel, 1989:377).
  Stabilitas emulsi
Emulsi stabil jika tetesan fase terdispersi dapat mempertahankan karakter awalnya. Sediaan emulsi tidak boleh ada perubahan fase atau kontaminasi mikroba selama penyimpanan dan emulsi harus mempertahankan penampilan, bau, warna dan konsistensinya (Agus, 2008:127).
Kondisi tekanan yang biasa digunakan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi meliputi suhu atau temperature, pengadukan dan pengocokan (Lachman, 1995:1080).
Emulsi dianggap tidak stabil secara fisik meliputi :
1. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan.
2. Jika bulatan-bulatan agregat dari bulatan naik kepermukaan atau turun ke dasar emulsi  tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
3. Jika semua atau bagian dari cairan fase tidak teremulsikan dan membentuk lapisan yang berbeda pada lapisan permukaan atau dasar emulsi yang merupakan penggabungan pembulatan-pembulatan fase dalam (Ansel, 1989:387).
Ketidakstabilan sediaan emulsi dapat digolongkan sebagai berikut:
1.   Creaming
Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan (fase dispers) lebih banyak dibanding lapisan yang lain terhadap emulsi yang berat (Anief, 2005:163). Creaming mengakibatkan ketidakrataan dari distribusi obat, dan tanpa pengocokan yang sempurna sebelum digunakan berakibat pada pemberian dosis yang berbeda. Creaming harus dilihat dari secara terpisah dari pemecahan, karena creaming suatu proses bolak balik (Martin, 2008:1154-1156).
2.   Koalesen atau cracking
Cracking adalah proses searah. Jika terjadi pemecahan, pencampuran biasa tidak bisa mensuspensikan kembali bola-bola tersebut dalam suatu bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan yang mengelilingi partikel-partikel tersebut telah rusak dan minyak cenderung untuk bergabung. Emulsi ini bersifat ireversibel (tidak dapat diperbaiki kembali) (Martin, 2008:1156-1157).
3.      Inverse fase
Inverse adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya. Inversi dapat dipengaruhi oleh suhu (Anief, 2005:165).
     Metode pembuatan emulsi
Menurut Ansel (1989:386) Metode pembuatan emulsi minyak zaitun menggunakan metode gom basah dengan perbandingan 4:2:1 (minyak: air: emulgator). Mucilago gom dibuat dengan cara menghaluskan PGA sesuai dengan perbandingan air. Minyaknya kemudian ditambahkan sebagian-sebagian dengan perlahan-perlahan dan campuran tersebut diaduk sampai minyak teremulsi. Selama proses campuran tersebut harus kental, kemudian ditambahkan air dan diaduk ke dalam campuran setelah itu tambahkan semua minyak aduk secara konstan beberapa menit untuk memastikan homogenitasnya.
 Komponen emulsi
     Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang terdapat    pada emulsi, terdiri dari :
1. Fase dispers atau fase internal atau dalam yaitu zat cairan yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil didalam zat cairan lain.
2. Fase internal atau fase luar atau kontinu yaitu zat cairan dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar atau bahan pendukung.
3. Emulgator yaitu bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan.
     Komponen tambahan adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik misalnya pengawet dan antioksida (Syamsuni, 2006: 119).
     Ada beberapa bahan tambahan yang dapat ditambahkan kedalam emulsi yaitu
1.      Zat pengawet
             Emulsi yang mengandung bahan alam adanya campuran air dan minyak dapat menimbulkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme. Kontaminasi mikroba dapat terjadi selama pengembangan atau produksi suatu emulsi atau selama penggunaannya. Kontaminasi mikroba sering timbul karena penggunaan bahan mentah yang tidak murni sanitasi yang buruk selama penyimpanan (Lachman, 1995:1063-1064).
       Pengawetan terhadap jamur ditambahkan ke dalam fase cairan dari emulsi M/A karena jamur (jamur dan ragi) lebih banyak mengkontaminasi emulsi dari pada bakteri. Untuk mencegah terjadinya jamur atau mikroba maka perlu suatu kombinasi agar daya  kerja lebih luas. Metil paraben sebagai fungistatik 0,015%-0,2% dan propil paraben  sebagai bakteriostatik 0,01-0,02% (Handbook, 2009:442-596).
2.      Zat pemanis
            Zat pemanis digunakan untuk memperbaiki rasa pada sediaan yang tidak enak seperti sirupus simplex yang mengandung gula, metil paraben dan air (Agoes, 2008:132).
3.      Pengaroma
             Pengaroma digunakan untuk menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat. Bahan pengaroma yang dapat digunakan adalah essen jeruk, melon, coklat dan strawberry (Chaerunisa dkk, 2011: 88).