Senin, 15 Juni 2015

Tanaman Herbal Lidah Buaya



 Morfologi Lidah Buaya
Lidah buaya merupakan tumbuhan liar di tempat yang berhawa panas. Akan tetapi, dapat juga ditanam di dalam pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Lidah buaya memiliki ciri-ciri, yaitu daun agak runcing berbentuk taji, tebal, getas dan tepinya bergerigi atau berduri kecil. Permukaan daun berbintik-bintik dan memiliki panjang 15-36 cm dan lebar 2-6 cm. Bunga lidah buaya bertangkai dengan panjang 60-90 cm dan berwarna kuning kemerahan (jingga). Lidah buaya banyak ditemukan di Afrika bagian Utara dan Hindia Barat. Bagian tanaman yang dapat digunakan yaitu batang, daun, bunga, dan akar.
Tanaman lidah buaya berbatang pendek sehingga tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian batang terbenam dalam tanah. Dari batang ini, akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya menjadi anakan. Lidah buaya yang bertangkai panjang juga muncul dari batang melalui celah-celah atau ketiak daun. Untuk memperbanyaknya, batang lidah buaya dapat disetek. Peremajaan tanaman ini dapat dilakukan dengan cara memangkas habis daun dan batangnya. Kemudian, dari sisa tunggul batang ini akan muncul tunas-tunas baru atau anakan.
Daun tanaman lidah buaya berbentuk pita dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sukulen (banyak mengandung air), dan banyak mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat. Tanaman lidah buaya dapat bertahan hidup pada kondisi kekeringan karena memiliki daun yang banyak menyimpan cadangan air. Cadangan ini digunakan ketika kekurangan air. Bentuk daun lidah buaya menyerupai pedang. Ujung meruncing, permukaan daun dilapisi lilin, dengan duri lemas di pinggirnya. Panjang daun mencapai 50-75 cm dan berat 0,5-1 kg. Posisi daun melingkar rapat di sekeliling batang secara berselang-seling.
Lidah buaya memiliki bunga berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan, dan panjangnya bisa mencapai 1 meter. Biasanya bunga akan muncul bila ditanam di pegunungan.
Tanaman lidah buaya memiliki akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah. Panjang akar berkisar antara 50-100 cm. Untuk pertumbuhannya, tanaman menghendaki tanah yang subur dan gembur di bagian atasnya (Rahayu, 2011:4).
 Kandungan Kimia
Lidah buaya mengandung saponin, salisilat, asam amino, mineral, vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E, dan asam folat.
Kegunaan Lidah Buaya
Kegunaan dari tanaman lidah buaya adalah menyuburkan rambut, luka bakar, atau tersiram air panas, bisul, jerawat, noda-noda hitam, untuk perawatan kulit (scrub, tabir surya, dan anti gigitan serangga), bahan kosmetik dan pelembab (pH yang seimbang dengan kulit). Penyakit lainnya dapat menurunkan kolesterol, mengobati serangan jantung, mengobati wasir, cacingan, susah buang air kecil, sembelit, batuk yang membandel, diabetes militus, radang tenggorokan, pencegah infeksi lambung dan usus dua belas jari (Rahayu, 2011:10). 
Simplisia dan Ekstrak
 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1985).
Adapun penggolongan simplisia menurut Farmakope Indonesia edisi III dibedakan menjadi 3 yaitu :
a.  Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
b.  Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni.
c.  Simplisia Mineral
Simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik telah diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni.
Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari  simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Depkes RI, 1979:9).
Menurut voight (1995) ekstrak dikelompokkan atas dasar sifatnya menjadi:
a.       Ekstrak encer (Extractum tenue), memiliki konsentrasi semacam madu dan dapat dituang.
b.      Ekstrak kering (Extractum siccum), memiliki konsentrasi kering dan mudah digosongkan yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak kurang dari 5%.
c.       Ekstrak kental (Extractum spissum), sediaan ini kuat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang, kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
d.      Ekstrak cair (Extractum fluidum), diartikan sebagai ekstrak yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (kadang-kadang juga satu bagian) ekstrak cair.

Maserasi
Maserasi merupakan proses ekstraksi (“proses M”). Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya “merendam”. Merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar