Senin, 15 Juni 2015

EMULSI

Emulsi

  Emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Anif, 2000:132). Butir-butir ini akan bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Flavor dan pengawet yang berada dalam fase air yang mungkin larut dalam minyak harus dalam kadar yang cukup (Anief, 2005:156).
Tipe emulsi berdasarkan fase terdispersinya emulsi dibagi menjadi dua tipe  yaitu tipe emulsi M/A atau O/W (minyak dalam air) jika tetesan minyak yang terdispersi dalam fase air. Sedangkan tipe emulsi A/M atau W/O (air dalam minyak) disebut jika butiran air yang terdispersi dalam fase minyak (Anief, 2000:132).
  Tujuan emulsi
Proses emulsifikasi untuk membuat sediaan yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak biasa bercampur. Emulsi yang diberikan secara oral untuk diminum dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari butiran minyak dapat mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih mudah diabsorpsi (Ansel, 1989:377).
  Stabilitas emulsi
Emulsi stabil jika tetesan fase terdispersi dapat mempertahankan karakter awalnya. Sediaan emulsi tidak boleh ada perubahan fase atau kontaminasi mikroba selama penyimpanan dan emulsi harus mempertahankan penampilan, bau, warna dan konsistensinya (Agus, 2008:127).
Kondisi tekanan yang biasa digunakan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi meliputi suhu atau temperature, pengadukan dan pengocokan (Lachman, 1995:1080).
Emulsi dianggap tidak stabil secara fisik meliputi :
1. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan.
2. Jika bulatan-bulatan agregat dari bulatan naik kepermukaan atau turun ke dasar emulsi  tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
3. Jika semua atau bagian dari cairan fase tidak teremulsikan dan membentuk lapisan yang berbeda pada lapisan permukaan atau dasar emulsi yang merupakan penggabungan pembulatan-pembulatan fase dalam (Ansel, 1989:387).
Ketidakstabilan sediaan emulsi dapat digolongkan sebagai berikut:
1.   Creaming
Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan (fase dispers) lebih banyak dibanding lapisan yang lain terhadap emulsi yang berat (Anief, 2005:163). Creaming mengakibatkan ketidakrataan dari distribusi obat, dan tanpa pengocokan yang sempurna sebelum digunakan berakibat pada pemberian dosis yang berbeda. Creaming harus dilihat dari secara terpisah dari pemecahan, karena creaming suatu proses bolak balik (Martin, 2008:1154-1156).
2.   Koalesen atau cracking
Cracking adalah proses searah. Jika terjadi pemecahan, pencampuran biasa tidak bisa mensuspensikan kembali bola-bola tersebut dalam suatu bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan yang mengelilingi partikel-partikel tersebut telah rusak dan minyak cenderung untuk bergabung. Emulsi ini bersifat ireversibel (tidak dapat diperbaiki kembali) (Martin, 2008:1156-1157).
3.      Inverse fase
Inverse adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya. Inversi dapat dipengaruhi oleh suhu (Anief, 2005:165).
     Metode pembuatan emulsi
Menurut Ansel (1989:386) Metode pembuatan emulsi minyak zaitun menggunakan metode gom basah dengan perbandingan 4:2:1 (minyak: air: emulgator). Mucilago gom dibuat dengan cara menghaluskan PGA sesuai dengan perbandingan air. Minyaknya kemudian ditambahkan sebagian-sebagian dengan perlahan-perlahan dan campuran tersebut diaduk sampai minyak teremulsi. Selama proses campuran tersebut harus kental, kemudian ditambahkan air dan diaduk ke dalam campuran setelah itu tambahkan semua minyak aduk secara konstan beberapa menit untuk memastikan homogenitasnya.
 Komponen emulsi
     Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang terdapat    pada emulsi, terdiri dari :
1. Fase dispers atau fase internal atau dalam yaitu zat cairan yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil didalam zat cairan lain.
2. Fase internal atau fase luar atau kontinu yaitu zat cairan dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar atau bahan pendukung.
3. Emulgator yaitu bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan.
     Komponen tambahan adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik misalnya pengawet dan antioksida (Syamsuni, 2006: 119).
     Ada beberapa bahan tambahan yang dapat ditambahkan kedalam emulsi yaitu
1.      Zat pengawet
             Emulsi yang mengandung bahan alam adanya campuran air dan minyak dapat menimbulkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme. Kontaminasi mikroba dapat terjadi selama pengembangan atau produksi suatu emulsi atau selama penggunaannya. Kontaminasi mikroba sering timbul karena penggunaan bahan mentah yang tidak murni sanitasi yang buruk selama penyimpanan (Lachman, 1995:1063-1064).
       Pengawetan terhadap jamur ditambahkan ke dalam fase cairan dari emulsi M/A karena jamur (jamur dan ragi) lebih banyak mengkontaminasi emulsi dari pada bakteri. Untuk mencegah terjadinya jamur atau mikroba maka perlu suatu kombinasi agar daya  kerja lebih luas. Metil paraben sebagai fungistatik 0,015%-0,2% dan propil paraben  sebagai bakteriostatik 0,01-0,02% (Handbook, 2009:442-596).
2.      Zat pemanis
            Zat pemanis digunakan untuk memperbaiki rasa pada sediaan yang tidak enak seperti sirupus simplex yang mengandung gula, metil paraben dan air (Agoes, 2008:132).
3.      Pengaroma
             Pengaroma digunakan untuk menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat. Bahan pengaroma yang dapat digunakan adalah essen jeruk, melon, coklat dan strawberry (Chaerunisa dkk, 2011: 88).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar